Minggu, 16 November 2008

Profil Djafar Badjeber


Djafar Badjeber
Calon Legislatif No.1 Dapil III (Jakarta-Barat,Jakarta-Utara,Kep.Seribu)
Partai Hanura

D
jafar Badjeber lahir di Gorontalo, 10 November 1955 Memulai jenjang pendidikan dasar dan menengah pertama di Gorontalo dan dilanjutkan dengan nyantri di Pondok Pesantren Ngabar,Ponorogo,Jawa timur.Ayahnya Badjeber Osmarbey seorang aktivis Pergerakan Serikat Islam(SI) dan seorang politisi local yang pernah menjadi anggota legislatif di kabupaten Bolaangmongondow,sengaja menyekolahkan anaknya di pesantren agar Djafar mempunyai basis pendidikan agama yang kuat untuk bekal pergaulan politiknya kelak.Setelah lulus SLTA dan S1 di Jakarta,ia menyelesaikan Studi S-2 Jurusan Ilmu Administrasi STIAMI Jakarta 2003.

Talenta politiknya diasah dari tingkat yang paling bawah,dengan menjadi aktivis politik di lingkungan PPP,tepatnya di pengurus Anak Cabang (PAC) PPP Palmerah (1984-1989). Kemudian secara perlahan meningkat menjadi Ketua Bagian Pemuda PPP Jakarta Barat (1985-1990). Karir politiknya terus menanjak menjadi Wakil Ketua DPC PPP Jakarta Barat (1990-1995), Wakil Ketua DPW PPP DKI Jakarta (1995-1999), Ketua DPW PPP DKI Jakarta (1999-2002), selain pernah menjadi Sekjen Partai Bintang Reformasi (2002-2006). dan Wakil Ketua Umum DPP Partai Bintang Reformasi Selama 6 bulan, selanjutnya mengundurkan diri.

Di organisasi kepemudaan, ia memulai pergulatanya denga menjadi aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII) sejak (1971-1974). Berlanjut dengan menjadi Wakil Sekretaris Gerakan Pemuda Kabah (GPK) pada 1984-1986, Ketua Generasi Muda Persatuan (GMP) DKI Jakarta (1986-1990), dan menjadi Sekjen Pimpinan Pusat Generasi Muda Pembangunan Indonesia (1993-1998), Wakil Ketua Umum Kornas Angkatan Muda Ka’bah(AMK) sejak 1999-2002. Ia juga menjadi Penasehat DPD KNPI DKI Jakarta pada 1987-1997, dan 3 kali menjadi formatur dalam Musda KNPI yang bertugas memilih dan menyusun kepengurusan DPD KNPI DKI Jakarta. 3kali menjadi formatur di dalam Musda KNPI DKI bukan perkara gampang, tapi figur Djafar Badjeber dapat dipercaya dan diterima oleh Generasi Muda saat itu, terutama Organisasi Kemasyarkatan Pemuda(OKP) non Golkar. Betapa tidak setiap Musda KNPI sangat sering di intervensi oleh sejalur ABG. Selain itu Djafar Badjeber pernah juga menjadi Ketua Pantia Pemilihan Daerah (PPD ) tingkat 1 DKI Jakarta 1999(Sekarang disebut KPU Provinsi DKI Jakarta). Di organisasi kemasyarakatan lainya dia juga pernah menjadi Ketua Umum Forum Komunikasi Solidaritas Bangsa Indonesia (FOKOSBI). Organisasi ini banyak berperan pada tahun 1998-1999 sehubungan dengan terjadinya transisi politik dan kerusuhan yang berbau etnis.
Selama menjadi Anggota DPRD DKI Jakarta dalam rentang waktu yang cukup panjang yakni : 1987-1992,1997-1999,1999-2002, ia dikenal sebagai politisi egaliter dan dekat dengan berbagai kalangan masyarakat dan konstituensinya. Kantornya di DPRD DKI Jakarta Kebon Sirih Jakarta Pusat maupun rumahnya di Jalan Panjang, Sukabumi Selatan, Jakarta Barat kerap ramai dikunjungi tamu dari berbagai kalangan masyarakat untuk berbagai keperluan dan kepentingan, dan hal tersebut diterima dengan ikhlas sebagai bagian esensial dari fungsinya sebagai wakil rakyat. Saat sedang menjabat menjadi Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, banyak pihak tersentak dan menyesalkan atas sikap Djafar atas keputusanya mengundurkan diri sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, tapi itulah Djafar Badjeber dia orangnya idealis, manakala sesuatu hal sudah bertentangan dengan Hati Nuraninya, kedudukan, jabatan, dan uang tidak dipedulikanya lagi. Baginya, sekalipun langit runtuh keadilan dan kebenaran harus ditegakan.

Djafar juga dikenal sebagai politisi bersih, kritis, ulung dan vocal dalam menyuarakan aspirasi rakyat dan menegakan pemerintahan yang baik dan bersih (Good and Clean Governance). Menurutnya, berdosa bila menjadi anggota legislatif tidak berbuat maksimal untuk kepentingan rakyat. Dia juga disegani dikalangan legislatif maupun eksekutif, bahkan pada periode ini(2004-2009) sebagian kawan-kawanya menyebut DPRD DKI tanpa Djafar Badjeber sepi dan hampir-hampir TUPOKSI dewan tidak maksimal. Di sela-sela kesibukanya, ia kerat menerima undangan berceramah,berdiskusi/seminar dari berbagai kalangan masyarakat.

Tentang keterlibatanya di Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA), Djafar menyebut ada 3 alasan utama. Pertama Masalah idelalisme, KeduaVisi,misi,dan program Partai Hanura yang berorientasi kerakyatan, Ketiga Karna figure/ketokohan Wiranto yang visioner tegas,berani,dan berkarisma. Menurutnya reformasi tidak akan berhasil tanpa peran Wiranto sebagai pengaman dan pengawal reformasi. Jasa Wiranto terhadap negeri ini sangat besar, antara lain: Sikap TNI bahwa reformasi itu suatu kebutuhan yang tidak bisa dielakan,dan telah disuarakan oleh fraksi TNI di depan sidang paripurna Sidang Umum MPR 1998 pada penyampaian dengar pendapat akhir.Saat itu,jelas pernyataan seperti tiu cukup mengandung resiko politik dan memancing tanggapan yang beragam karena pada saat itu kehendak untuk melakukan perubahan politik masih dianggap tabu. Di era Wiranto daerah operasi militer (DOM) di aceh dicabut,beliau juga melakukan reformasi TNI seperti memisahkan TNI dan POLRI, keluarnya TNI dari politik praktis, menghapus Dwi fungsi TNI, netralitas TNI dalam Pemilu 1999, menghapus hubungan Golkar dan TNI/ABRI, melarang bisnis TNI serta memerintahkan dan memeriksa oknum-oknum TNI yang terlibat dalam penculikan aktivis.Walhasil menurut dia, Wiranto adalah manusia luar biasa, betapa tidak sudah diberikan oleh Soeharto IMPRES No.16 tahun 1998 yang merupakan penjabaran dari TAP MPR No.V/1998 tentang kewenangan khusus menghadapi keadaan kritis, (banyak pihak yang menyebut IMPRES ini semacam supersemar jilid 2), tapi Wiranto tidak memanfaatkan peluang itu untuk kepentingan dirinya. Bahkan dalam satu kesempatan Kassospol Letjen Susilo Bambang Yudhoyono, menanyakan kepada wiranto apakah akan mengambil alih pemerintahan ini, Wiranto menjawab “Tidak !”

Dalam posisinya Ketua DPP Hanura, menghadapi Pemilu 2009 Djafar Badjeber dipercayakan oleh HANURA sebagai caleg No.1 DPR RI untuk Daerah Pemilihan DKI Jakarta III (Jakarta-Barat,Jakarta-Utara,Kep.Seribu). Bila kelak terpilih menjadi anggota DPR RI, ia ingin menjadikan parlemen sebagai katalisator dan lokomotif memperjuangkan Hati Nurani Rakyat, Demokratisasi, Keadilan, dan Kesejahteraan.